Puasa Lidah

Oleh : Saikhul Hadi*

Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bangsal

Redaktur Suluh Agama, Pimred Kalam Maja

             

Rasulullah Muhammad Saw bersabda :

عن سهل ابن سعيد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من يضمن لي ما بين لحييه وما بين  رجليه اضمن له الجنة .روه اللبخا ري.[1]

“Dari Sahl bin Said, Rasulullah bersabda, Barangsiapa yang bisa menjaminkan (menjaga) kepadaku sesuai di antara dua rahangnya dan sesuatu di antara dua kakinya, maka aku akan menjaminnya masuk surga.” (HR. Bukhari)

              Sesuatu di antara dua rahang yang dimaksud adalah lidah atau lisan. Sedangkan sesuatu diantara dua kaki adalah farji atau kemaluan. Pada tulisan singkat ini akan diulas yang pertama.

              Kita mengenal ungkapan ‘Lidah tak bertulang’. Idiom ini menggambarkan dua sisi lidah sekaligus. Satu sisi, lidah itu luwes dan lincah. Bisa digunakan untuk bicara apa saja. Entah positif atau negatif. Sisi lain, lidah itu rapuh, tidak bisa tegak, sebab tidak punya penyangga. Menurut hadis di atas, lidah, jika bisa menjaganya, bisa membawa pemiliknya ke surga. Namun, jika tidak bisa menjaganya, lidah menggelincirkan empunya ke neraka.

Puasa, dalam hal ini puasa Ramadan, salah satunya misinya adalah mempuasakan lidah dari sisi negatif, dan sekaligus membawanya ke sisi positif. Dalam riwayat, Nabi Muhammad menyampaikan bahwa siapa yang saja yang tetap berkata kotor dan berbuat sesuatu yang kurang bermanfaat, maka puasanya tidak bernilai.

Sedemikian gentingnya lidag, sampai-sampai Sang Hujjatul Islam, Imam Al Ghazali menuturkan ada 20 bahaya lidah yang patut kita waspadai.[2] Pada kesempatan ini, akan dikupas 7 di antaranya.

  1. Lidah membawa pemiliknya untuk berbicara sesuatu yang tidak bermanfaat.

Ciri khas mukmin adalah melakukan hal – hal yang bermanfaat. Orang terbaik adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain. Lidah bisa membawa kemanfaatan. Namun jika tidak diwaspadai, lidah berpotensi membicarakan hal – hal yang kurang bermanfaat. Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat. Seperti dilansir oleh liputan6. com,[3] Menurut penelitian, wanita berbicara rata rata dalam sehari 20 ribu kata. Sedangkan pria berbicara rata rata dalam sehari 7 ribu. Ini belum dihitung berbicara melalui media sosial, chat, pesan suara, dll. Bukan mempermasalahkan siapa yang paling banyak bicara dan apa sebabnya , tapi dari jumlah semua pembicaraan itu, berapa persen yang membawa kemanfaatan? Cek diri sendiri.  

2. Lidah membawa pemiliknya untuk berbicara secara berlebih – lebihan.

Data di atas sudah menunjukkan bahwa manusia cenderung berlebih lebihan dalam berbicara. Ajaran Islam melarang berlebih lebihan, termasuk di dalamnya adalah berbicara. Ada riwayat bahwa Sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq menaruh kerikil di mulutnya agar tidak sering berbicara.  

3. Lidah membawa pemiliknya untuk berbicara yang memicu pertengkaran dan permusuhan.

Pertengkaran dan permusuhan biasa dipicu oleh ucapan yang menyakiti perasaan orang atau kelompok lain. Bahkan, pertempuran dua negara bisa disebabkan oleh lidah para pemimpinnya. Tawuran antarpelajar biasanya karena saling mengolok olok.

    4. Lidah membawa pemiliknya untuk berbicara yang menghina dan menyindir orang lain.

    Dulu, menghina orang lain dilakukan dengan saling berhadapan atau ketika bertemu muka. Terbatas sifatnya. Namun, kini sarana dan media untuk menghina dan menyindir sudah tidak terbatas. Luar biasa dampak media sosial. Orang menghina dan menyindir tidak lagi mengenal waktu, tempat, suasana, jarak, dan siapa. Dulu, orang menghina orang yang sudah dikenal. Tapi kini, semua orang seolah bisa melakukan kepada siapapun.

    5. Lidah membawa pemiliknya untuk berbicara kotor, mengumpat, dan memaki.

    Sesekali lihatlah story wa atau status orang-orang di FB. Sudah sangat biasa mereka menuliskan kata – kata kotor, mengumpat, dan memaki. Meskipun dalam bahasa yang disamarkan. Namun tujuannya sama, yakni misuh. Menurut Al quran, berkata uffin, ah, dilarang. Apalagi sampai mengumpat. Ibaratnya, memasukkan air comberan ke dalam mulut kita. Yang keluar dari mulut adalah gambaran yang ada di dalam hati. Jika yang keluar kata kata kotor, maka bisa jadi yang di dalam hati juga hal yang sama.   

    6. Lidah membawa pemiliknya untuk berbicara ghibah.

    Allah Swt berfirman: “… Dan janganlah saling memata matai keburukan orang lain, dan jangan saling mengumpat. Sukakah diantara kamu makan daging saudara sendiri yang sudah mati, pasti kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah… “ (QS. Hujuraat: 12). Setiap orang pasti punya kekurangan. Termasuk diri sendiri. Daripada melihat kekurangan orang lain, lebih baik melihat kekurangan diri sendiri. Jikapun yang dighibahkan itu benar, tetap tidak baik. Apalagi jika salah, maka bisa menjadi fitnah.

    7. Lidah membawa pemiliknya untuk berbicara naminah.

    Namimah adalah adu domba. Ini adalah trik orang orang kafir dan munafik untuk merusak kedamaian dan ketenteraman umat islam, baik secara individu maupun kelompok. Dalam bahasa sekarang, namimah adalah provokasi dan pelakunya disebut provokator. Allah melarang kita mengikuti ucapan provokator. “Janganlah kau ikuti orang – orang yang mudah bersumpah, berperangai hina, tukang ejek, pencela, dan penyebar firnah.” (QS. Qalam 11 – 12)

    Itulah 7 bahaya lidah. Lidah kita semua. Semoga di bulan suci ini, kita bisa belajar mempuasakan lidah kita. Dan juga melatih lidah kita untuk hanya mengeluarkan kebaikan dan kebajikan. Semoga Allah menjadikan lidah kita terus untuk menyebut nama-Nya, rahmat-Nya, kebaikan-Nya, ilmu-Nya, dan juga ampunan-Nya.  


    [1] Sahih Bukhari, hadis no 6474

    [2] Keterangan dalam tulisan ini diambil dari kitab Ihtisar Ihya Ulumiddin, Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali, hal 138 – 145

    [3] www.liputan6.com diakses pada 14 November 2021

    Leave a Comment